The Story of Kuning

08:40

Ini adalah kesekian kalinya aku ditinggalkan oleh sesosok makhluk gak kecil dan gak mungil untuk selama-lama-lama-lamanya.


Name : Edward Cullen
Nick Name : Kuning, Yellow, Botak, Khun, dll..
Born : Unknown
RIP : 3 Maret 2015

Kuning..
Biasanya kami memanggilnya seperti itu..
Ia adalah seorang seekor kucing yang aku temukan di jalan. 
Ia sangat ramah sekali. Ia menyapaku ketika aku bertemu dengannya, kebetulan pada waktu itu aku sedang mencari lowongan hewan peliharaan untuk ditempatkan di area Palembang, tepatnya di rumahku. Aku langsung mengajaknya pulang ke rumah dan memperkenalkannya kepada orangtua dan saudara-saudaraku. Saat itu keadaan di rumah sedang mengalami trauma akibat kematian kucing kami yang bernama Aurel yang pernah aku ceritakan sebelumnya.

9 bulan yang lalu

Awalnya kami tidak ingin mengadopsinya karena takut jika ia mengalami hal yang sama seperti kucing kami sebelumnya. Tapi, Kuning bisa meyakinkan kepada kami bahwa ia bisa menjadi kucing yang layak untuk dibanggakan. 
Bulu yang awalnya berantakan dan tak jelas motifnya, berubah menjadi warna kuning dan mempunyai motif loreng-loreng. 
Badannya yang semula kurus kering, berubah menjadi gemuk basah. 
Ukuran sepatu yang semula 38, berubah menjadi 40.
Kuning berusaha keras untuk meyakinkan kami.
Lambat laun kami pun mulai menerima kehadirannya. Kuning pun menjadi pusat perhatian penduduk setempat. Setiap pulang kerja, selalu yang dicari adalah air minum. haus sih. Kuning.

Ekspresi bloon yang ngangenin

Kuning itu paling tidak suka didekati dan dipanggil. Ia akan marah sambil mengibas-ngibaskan ekornya. Jika kita masih nekat untuk menyentuhnya, jangan salahkan rumput yang bergoyang. kasian. 
Siap-siap saja, tangan anda akan memiliki lambang 3 garis sejajar.

***

*9 bulan yang lalu*
cerita ini diambil dari sudut pandang kuning



Saat itu, aku sedang berjalan kesana kemari tak tentu arah. Aku sudah bosan menjalani hidup yang itu-itu saja. Aku bosan menjadi pewaris tahta perusahaan yang selalu dielu-elukan. Aku ingin menjadi orang biasa. Oh iya, aku lupa bahwa aku adalah seorang kucing. Aku ingin menjadi kucing biasa. 

Akhirnya, aku bertemu dengan seorang calon majikan yang terlihat sangat keibuan. Ia terlihat sedang menuntun anak kecil keluar dari rumah. ternyata dia babysitter. Aku terus memperhatikannya sampai akhirnya ia menyadari keberadaanku. 
Ia menghampiriku. 
Ia mengajakku berbicara, tapi karena aku tidak bisa berbahasa manusia, aku menjawabnya menggunakan Bahasa Inggris. Ia sepertinya tertarik untuk mengadopsiku. Kami pun segera menuju kantor kecamatan terdekat untuk menambahkan namaku kedalam kartu keluarga mereka.

***

*5 bulan kemudian*


Banyak sekali hal yang sudah aku lakukan selama 5 bulan belakangan ini. Aku mencoba banyak hal yang sebelumnya belum pernah aku lakukan. Mereka memaksaku untuk melakukan ini semua. 
But, it's okay. 
Itung-itung buat biaya hidupku selama ini.


Main sepeda sambil liat bintang jatuh

Selama ini aku tidak pernah bermain sepeda. Mungkin karena aku sudah terbiasa naik mobil, aku tidak diizinkan untuk mengendarai sepeda. Ini menjadi pengalaman pertamaku. 


Menjadi panitia lomba makan kerupuk 


Salah satu acara favoritku. 


Kursus Melukis

Yah, karena jiwa seni(bukan air) mengalir sangat kental dalam diriku, aku diarahkan oleh kakak-kakakku untuk mengikuti kursus melukis. Semua ini berawal dari Kak Icha yang menemukan bakat terpendamku saat aku sedang iseng-iseng menggambar sketsa sebuah gedung pencakar langit yang tidak memakai kuku. 



Ini, aku tidak mengerti apa maksud foto diatas. Tanyakan sama orang yang bersangkutan.

***
Mungkin aku tak terlalu lama tinggal bersama kalian. Bukan karena aku tidak suka, melainkan karena Tuhan menginginkan untuk bertemu denganku. Walaupun aku selalu marah-marah dan mencakar kalian, itu tidak berarti aku marah kepada kalian. 
Aku sangat menyayangi kalian. 
Mencakar dan menggigit adalah caraku untuk menyatakan bahwa aku sangat sayang kepada kalian. 
Aku tidak bisa berbicara. 
Aku hanya bisa menunjukkannya lewat perbuatan melalui cakaranku. 
I love you all.


- kuning '15 -

***
Kita akan menyadari betapa berharganya sesuatu ketika ia telah tiada. Kepergian Kuning yang mendadak, membuatku merasa sedikit tidak percaya bahwa ia telah meninggalkan dunia ini. 
Aku kehilangan teman bermainku. 
I missed my partner in crime. 
Kini, tak ada lagi teman yang bisa aku godai setiap pulang dari kerja. 
Tak ada lagi teman bermain petak umpet. 
Tak ada lagi teman curhat. 
Semua itu hilang. 
Tapi, Kuning mengajarkanku bahwa semua yang bernyawa pasti akan mati, dan kita harus legowo dengan segala itu karena kita pun akan mengalami hal yang sama pula. Yah, terima kasih kuning karena telah menjadi penyemarak hidupku selama 9 bulan belakangan ini. Kehadiranmu sungguh sangat berarti. 

Love you, Khun..



You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images