Budaya yang Harus Dibudayakan

09:29

Budaya adalah satu kata yang terdiri dari 3 suku kata, yaitu bu, da, dan ya. Tentunya budaya ini bukanlah istri pakdaya, melainkan suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 

Kak, apakah budaya itu pintar memasak harus dilestarikan?


Tidak, Dik. Setau kakak, yang harus dilestarikan itu hutan.


Di era globalisasi ini, semakin banyak kebudayaan dari luar negeri yang masuk ke negara kita seperti makanan, gaya hidup, dan lain sebagainya. Sebagian masyarakat terkadang lebih suka mengambil sisi negatif ketimbang sisi positif. 


Di bawah ini adalah 4 budaya yang menurut saya sering diabaikan oleh lingkungan sekitar. 

***

1. Antri

source: http://sosbud.kompasiana.com

Nak, coba kamu nyelip antrean itu.. Badan kamu kan kecil..
Nak, coba kamu nyelip antrean itu.. Kamu kan bisa terbang..
Nak, coba kamu nyelip di gigi 

Sering sekali saya menemukan rombongan yang mengaku bisa membaca tapi tidak bisa mengantre. 

Ada banyak alasan yang sering dikatakan.

Duh, saya sibuk Dik. Saya punya kerjaan lain yang harus diselesaikan.

Lah, dikira yang lain yang sedang ngantre itu tidak punya kerjaan. Semua orang juga punya urusan masing-masing. Jika kita ingin cepat dilayani, kita seharusnya bisa datang lebih cepat dari yang lain.

Duh, rumah saya jauh.. Kalo kelamaan ditinggal, dia bakal ngambek.

Ya udah, bawa aja rumahnya. Suruh ngantre sekalian.

Duh, saya jomblo Dik..

Hening.


***

Terkadang ada saat kita harus mengalah dan mempersilahkan antrean kendaraan yang sangat mendesak seperti mobil ambulans atau pemadam kebakaran. Tapi, banyak kejadian di lapangan, para pengendara sepertinya enggan memberikan ruang bagi kedua mobil tersebut. Entahlah.
Mungkin lain kali kita harus menciptakan ambulans terbang atau jet pemadam kebakaran. 


2. Menghabiskan Nasi


source: http://www.petua.co


Duh, aku udah kenyang nih.. *kemudian selfie*


Rasa gengsi terkadang menjadi penyebab utama orang sering tidak menghabiskan nasinya. Takut dikira rakus atau kelaparan mungkin menjadi alasan bagi sebagian orang untuk menyisakan makanan. Padahal tidak ada yang salah dengan ungkapan tersebut. Kita makan karena kita lapar. Tapi, mungkin sebagian orang mempunyai alasan yang berbeda. 
Dulu, ibu saya selalu berkata:

Ayo, nasinya dihabiskan. Nanti nasinya nangis loh..

Setiap makan, saya selalu ingat nasihat ibu. jadi saya makan menggunakan tisu agar bisa menghapus air mata nasi Jadi saya selalu menghabiskan nasi hingga titik darah penghabisan. 

Jika kita mau membuka mata, masih banyak orang di luar sana yang tidak seberuntung kita. Kita bisa makan 3 kali sehari, mungkin mereka hanya bisa makan 3 hari sekali. 

Ah, sisa nasinya cuma sedikit kok.. 

Menurut logika, jika 1 orang saja menyisakan 5 gram nasi dan ada 1 juta orang yang melakukan hal yang sama.

5 gram x 1.000.000 = 5.000.000 gram = 5.000 kg = 5 ton.

Jumlah yang sangat fantastis untuk membuka toko kelontong. Dengan 5 ton beras, kita bisa memberi makan orang-orang se-kampung atau bahkan se-kota. Itu hanya hitungan 1 kali makan. 
Hitung sendiri sisanya. 
Jadi, habiskanlah nasi yang anda makan. Jika tidak sanggup, kasih ke teman lain yang bersedia menghabiskannya. Kita harus menghargai jasa para petani yang sudah susah payah menanam padi. 


3. Tersenyum
source: https://williambudiman.files.wordpress.com

Karena takut dikira SKSD, banyak orang mengabaikan hal yang satu ini. Padahal tersenyum itu termasuk sedekah. Jadi, mulailah tersenyum. Tak masalah jika orang lain tak membalasnya, That's their problem. Asal jangan senyum-senyum sendiri sepanjang jalan saja. Nanti dikira waras.

 Tersenyumlah, maka orang lain akan mengikutinya. 

4. Buang Sampah Ditempatnya


source: https://seritaro.files.wordpress.com

Nah, ini yang harus sering diingatkan pada diri kita masing-masing. Ada sebab, ada akibat. Ada yang buang sampah sembarangan, ada banjir. 
Ada banyak alasan yang biasa digunakan sebagai pembenaran terhadap kesalahan yang dilakukan.

Terpaksa buang sembarang, gak ada kotak sampah sih..

Kita bisa menyimpan sampah kita di tas, lalu membuangnya jika ketemu kotak sampah. Atau jika tidak pakai tas, kita bisa menenteng sampah itu pulang ke rumah, lalu dikenalkan kepada orang rumah dibuang.  Ada banyak solusi yang bisa digunakan jika tidak menemui kotak sampah. Itulah mengapa kita diberikan akal oleh Tuhan. Bukan sebagai pajangan, tapi harusnya bisa digunakan.

Duh, cuma bungkus permen. Kan dikit..

Kita bisa menggunakan rumus yang sama dengan nasi tadi.

Dia mah sampah masyarakat. Gak pantes masuk kotak sampah.

No comment.


***

Yah, mungkin hanya ini pendapat saya mengenai budaya yang harus dibudayakan. Semua hal ini bisa dimulai dari diri kita sendiri. Jangan hanya mengharapkan orang lain melakukannya, tapi usahakan juga agar kita bisa menjadi contoh supaya orang lain bisa mengikutinya. Mulailah dari lingkungan terdekat. 



source: http://www.greenworks.co.za



You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images