Bullying..
Tentunya kata itu sudah tak asing lagi di telinga kita. 
Bullying bukanlah temannya bantal. 
Itu guling. 

Di jaman sekarang ini banyak sekali ditemui kasus bullying, baik secara nyata maupun maya. Biasanya sih pelaku bullying adalah anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya atau bisa juga ia terpengaruh dari aura negatif di lingkungan sekitarnya.

Dan untungnya, saya juga pernah jadi korban dari tindakan bullying.Tidak terlalu parah sih, tapi cukup untuk membuat saya berkaca-kaca.. #CETARR

mari simak pengalaman saya menjadi seorang korban.. *ngunyah popcorn*


Saat itu, angin sedang berhembus sepoi-sepoi, rumput bergoyang dumang, Lee Min Ho belum terlalu terkenal. Aku sedang menginjak bangku sekolah menengah atas, tapi aku turun lagi karena takut bangkunya kotor. 

Awal drama ini dimulai ketika seorang teman mengajakku untuk bergabung dengannya. 
Oh iya, aku bersekolah di SMK bagian tata boga yang mengharuskan kami untuk berkelompok ketika praktek. Satu kelompok terdiri dari 2 orang. 

Mengapa hanya 2? 

Jika 5, dikhawatirkan kami akan membentuk girlband.


Oke, kembali ke kejadian perkara..

Kami harus memilih sendiri pasangan kelompok. Saat itu aku bingung, karena temanku yang lain juga mengajakku untuk berpartner dengannya. Diambang kebimbangan tersebut, muncullah ibu peri.. Ia mengayunkan tongkatnya.



Ia salah mantra, jadi aku merelakannya pergi. Ia lebih baik bersama Lala.


...dan tak tahu bagaimana, akhirnya aku tidak jadi berpasangan dengan salah satu dari mereka. 
Yah, takdir.

Tapi, drama itu berlanjut keesokan harinya...

Seingatku, saat itu pelajaran olahraga. Tak ada yang aneh di menit-menit awal. Semuanya biasa saja. Tapi saat aku menyapa temanku, aku diabaikan. 
Aku menyapa teman-teman yang lain, juga diabaikan. 
Semuanya mengabaikanku. 
Satu kelas itu mengabaikanku.



Tapi aku berusaha untuk bersikap biasa saja. Saat itu aku belum mengenal Pak Mario Teguh, jika sudah, pastilah aku akan mengatakan..

SUPER SEKALI..
SUPER SEKALI..
SUPER SEKALI..
SUPER SEKALI..
SUPER SEKALI..

Aku terus membesar-besarkan hatiku dan berkata dalam hati bahwa Tuhan tidak tidur. Terserah mereka mau berbuat seperti itu padaku.

Aku tidak peduli. 

Tapi, tetap saja aku peduli.

Ah, sudahlah.. Itu tidak terlalu penting juga untukku..

....dan keesokan harinya semua sudah kembali seperti biasa. Tapi luka hati yang sudah ditorehkan oleh Betharia Sonata masih terus menganga. 
Tidak bisa dilupakan, tapi bisa menjadi pelajaran buatku agar tidak berbuat seperti yang mereka lakukan kepadaku. 
Yah, positive thinking always help me through this hard time.


"Eh, tik.. lo tau gak si A itu... Duh, males banget aku sama dia.. Orangnya bermuka 2, sering ngomongin orang dibelakang.. Gak sadar diri.. bla bla bla.."

"Oh, kalian baru tau ya.. aku udah tau dari 1 tahun yang lalu, loh."


(aku sengaja memakai inisial A, supaya terlihat kayak di tipi-tipi)

Yah, si A adalah orang yang menghasut anak-anak lain agar menjauhiku dan kini semua perbuatannya kembali ke dirinya sendiri. 
Hidup itu seperti bumerang. Apa yang kamu lempar, akan kembali ke dirimu sendiri.


Merasa sedih akibat perlakuan orang lain terhadap kita adalah sesuatu yang sangat manusiawi sekali, akan tetapi jika rasa sedih itu berlarut-larut, tentunya hanya akan merugikan diri kita sendiri.
Jadi, apa yang harus dilakukan?
Diam dan yakin bahwa semua ini terjadi bukan tanpa alasan. Banyak pembelajaran yang bisa kita dapat. 
Mungkin pengalaman saya hanyalah kasus yang masih tergolong biasa saja. Yah, namanya juga hidup yah..
Mungkin ketika kita akan melakukan sesuatu yang buruk kepada orang lain, ingatlah bahwa karma itu ada dan sewaktu-waktu akan berbalik kepadamu, seperti quote dibawah ini..